MAKALAH PENGUJIAN TENTANG ILMU TEXTILE SERAT SERAT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Illahi Robbi kami panjatkan, sehingga saya dapat menyelesaikan salah satu tugas dari Mata Kuliah Bahasa Indonesia, yang telah berhasil menyusun suatu tugas yang merupakan salah satu syarat mengikuti ujian akhir semester ganjil. Perjalanan panjang menyusun tugas yang dijalani oleh saya dan telah menyelesaikan suatu tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang berikan  oleh dosen yang disusun dalam hasil sebuah   Karya Ilmiah yang berjudul “Benang Sebagai Bahan Pembuat Kain”.
Tentunya dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah uraian secara lisan yang sebagian dari ringkasan suatu materi dalam materi Karya Ilmiah, selain itu tentunya masukan-masukan berupa pokok-pokok pikiran tentang Karya Ilmiah yang kami pelajari dan  kami langsung praktikan dalm suatu pembuatan Makalah Karya Ilmiah dengan berupa penjelasan tentang benang sebagai bahan pembuat kain yang telah disetujui oleh dosen Bahasa Indonesia.
Dalam hal pengerjaan tugas sebagai salah satu syarat mengikuti ujian akhir semester ganjil ini kami juga tidak lupa kepada dosen yang telah membimbing saya dalam pembuatan suatu dan makalah karya ilmiah ini.Kami yakin, masih banyak pokok-pokok pikiran yang belum atau tidak sempat di tuangkan dalampengerjaan tugas ini selain keterbatasan kemampuan kami sendiri maupun kondisi. Tanpa bantuan, dorongan, serta tuntutan dari semua pihak, termasuk dosen mata kuliah bahasa indonesia yang telah mendukung terselesaikannya tugas ini.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas masukan-masukan yang telah diberikan.




DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A.    Latar Belakang.........................................................................................1
B.     Tujuan.....................................................................................................2
C.     Rumusan Masalah....................................................................................2
BAB II PEMBUATAN BENANG DARI BAHAN SERAT........................................3
A.    Serat........................................................................................................3
1.      Serat Alami........................................................................................3
2.      Serat Sintetis......................................................................................4
3.      Serat Mineral.....................................................................................4
4.      Serat Polymer....................................................................................4
B.     Perkembangan Bahan dan Alat Produksi...................................................5
1.      Perkembangan Bahan.........................................................................5
2.      Alat Produksi....................................................................................5
BAB III PEMBUATAN KAIN.................................................................................5
A.    Jenis Serat Dalam Pembuatan Kain........................................................11
1.      Serat Linen......................................................................................11
2.      Serat Wol........................................................................................11
3.      Serat Kapas.....................................................................................12
4.      Serat Sutra......................................................................................12
5.      Polyester.........................................................................................13
B.     Jenis Bahan Berdasarkan Proses Pembuatannya..................................16
1.      Woven/Weaving/Tenun.................................................................16
2.      Knit/Rajut.......................................................................................16
BAB IV PENUTUP...............................................................................................17
A.    Kesimpulan..........................................................................................17
B.     Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan, khususnya dibidang tekstil. Disisi lain kegiatan industritekstil dalam proses produksinya selalu disertai ketidaktahuan para masyarakat tentang barang berkualitas yang dipakai oleh mereka sendiri.
Setiap industri tekstil yang ada pasti mempunyai ciri khas tentang bagus atau tidaknya barang tekstil tersebut, sehingga dalam pembuatan pakaian dari bahan kain yang di desain secara teratur dan mempunyai teknik tersendiri dan khas produksi tersebut sehingga para industri tekstil di Indonesia khususnya mempunyai ciri kualitas yang berbeda-beda dalam hal kualitas pakaian tersebut. Dalam hal ini mungkin kita harus memilih suatu pakaian atau barang tekstil yang lain yang digunakan kita sehari-hari harus lebih bagus sehingga dalam pemakaiannya pun lebih nyaman dan cocok buat kita pakai sehari-hari dan mempunyai daya nyaman yang tinggi.
Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan teknologi maju yang dapat produksi tekstil lebih mudah dibuat dan nyaman dipakai sehingga tidak merugikan konsumenSelain itu masih banyak perusahaan yang belum melaksanakan ketentuan-ketentuan yang mengarah kepencegahan tentang barang tekstil yang ilegal yang tidak ada hak pabrimyang sah sehingga dalam hal tersebut lebih kepada pemerintah yang harus lebih mengetatkan tantang hak dan kewajiban para industri tekstil yang harus mempunyai hak cipta yang kuat sehingga tidak ditiru oleh para peniru-peniru ilegal yang banyak berkeliaran.  Dari pihak pekerja itu sendiri disamping pengertian dan pengetahuan masih terbatas, ada sebagian dari mereka masih segan menggunakan alat produksi atau mematuhi aturan yang ilegal. Oleh karena itu masalah keselamatan perindustrian tekstil di Indonesiatidak dapat dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan berbagai pihak baik pemerintah, perusahaan, tenaga kerja serta organisasi lainnya (Perguruan Tinggi).


B.     Tujuan
         1.      Untuk mengetahui para pembaca tentang bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan kain.
         2.      Untuk mengetahui pembaca cara pembuatan kain yang berkualitas.
         3.      Untuk mengetahui para pembaca tentang menariknya industri tekstil.
C.    Rumusan Masalah
   Ø  Serat apakah yang digunakan dalam pembuatan benang?
   Ø  Alat produksi apa yang digunakan dalam pemintalan benang?
   Ø  Alat produksi apa yang digunakan dalam pembuatan kaing?




BAB II
PEMBUATAN BENANG DARI BAHAN SERAT
A.    Serat
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai adalah serat pada kain. Material ini sangat penting dalam ilmu Biologi baik hewan maupun tumbuhan sebagai pengikat dalam tubuh. Manusia menggunakan serat dalam banyak hal: untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murah dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat alami memiliki berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.
1.      Serat alami
Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Serat alami dapat digolongkan ke dalam:
Serat tumbuhan/serat pangan; biasanya tersusun atas selulosahemiselulosa, dan kadang-kadang mengandung pula lignin. Contoh dari serat jenis ini yaitu katun dan kain ramie. Serat tumbuhan digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil. Serat tumbuhan juga penting bagi nutrisi manusia.
Serat kayu, berasal dari tumbuhan berkayu.
Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari serat hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat laba-laba (sutra) dan bulu domba (wol).
Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos adalah satu-satunya mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang.
2.      Serat sintetis
Serat sintetis atau serat buatan manusia umumnya berasal dari bahan PETROKIMIA. Namun demikian, ada pula serat sintetis yang dibuat dari selulosa alami seperti rayon.
Yang dimaksud PETROKIMIA adalah bahan kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar fosil. Ini termasuk bahan bakar fosil yang telah dipurifikasi seperti metanapropanabutanabensinminyak tanahbahan bakar dieselbahan bakar pesawat, dan juga termasuk berbagai bahan kimia untuk pertanian seperti pestisidaherbisida, dan pupuk, serta bahan-bahan seperti plastikaspal, dan serat buatan.
3.      Serat mineral
·         Kaca serat/Fiberglass, dibuat dari kuarsa,
·         Serat logam dapat dibuat dari logam yang duktil seperti [[tembaga], emas, atau perak.
·         Serat karbon
4.      Serat polimer
Serat polimer adalah bagian dari serat sintetis. Serat jenis ini dibuat melalui proses kimia. Bahan yang umum digunakan untuk membuat serat polimer:
polyamida nilon,
PET atau PBT poliester, digunakan untuk membuat botol plastik,
fenol-formaldehid (PF)
serat polivinyl alkohol (PVOH)
serat polivinyl khlorida (PVC)
poliolefin (PP dan PE)
Elastomer, digunakan untuk membuat spandex,

B.     PERKEMANGAN BAHAN DAN ALAT PRODUKSI
1.      Perkembangan Bahan
Perkembangan bahan selama ini mungkin yang sangat dibutuhkan dalam pemuatan benang sangatlah dibutuhkan sekali terutama serat-serat alami yang dijadikan awal sebuah pembuatan benang.
Mungkin dalam pembuatan suatu kain yang merupakan kebutuhan kita sehari-hari dalam berpakaian mungkin ini adalah hal yang paling kita butuhkan sehingga bahan yang diproduksi pun harus lebih berkualitas dan terasa nyaman oleh sang pengguna pakaian tersebut. Dalam perkembangan bahan kain mungkin saat ini masih terbilang bisa saja, karena bahan yang digunakan hanyalah benang yang merupakan bahan-bahan berkualitas biasa saja. Tetapi dilihat dari produksinya mungkin bisa dibilang berkualitas tinggi karena alat produksi yang digunakan sekarang adalah alat-alat produksi yang berkualitas modern.
2.      Alat Produksi
1.      Blowing
Merupakan proses pertama dalam pembuatan benang. Di area blowing, mesin Blendomat bekerja secara otomatis membuka dan mengambil gumpalan serat kapas dari 25 hingga 30 bale bahan baku.
Untuk pembuatan benag TR, pada proses ini juga terjadi pencampuran antara serat polyester dengan serat rayon dan terjadi pembersihan/ pemisahan serat dengan kotoran yang ada diserat. Blendomat akan menghasilkan pencampuran serat yang rata. Setelah itu serat-serat yang telah tercampur menuju ruang carding.
2.      Carding
Dari ruang blowing, gumpalan serat yang telah dibuika, diubah menjadi bentuk memanjang disebut sliver carding. Dan untuk pertama kalinya terjadi pelurusan, peregangan serta, serta terjadi pemisahan serta pendek dengan serat panjang. Tujuan pemisahan tersebut untuk menjaga ahar kekuatan benang sesuai dengan yang diharapkan. mesin carding ini mampu menghasilkan kualitas sliver yang baik dengan nep yang rendah, kapasitas produksinya mencapai 65 kg/jam.
Sliver yang telah melewati proses carding tersusun rapi dan can yang secara otomatis pula berganti setelah can penuh. Selanjutnya sliver carding menuju mesin drawing breaker.
3.      Drawing Breaker
Dari proses carding, sliver carding diubah menjadi sliver drawing breaker, dimana terjadi proses peregangan dan pen-sejajaran serta. Besarnya perbandingan antara serat dengan panjang sliver drawing breaker ini akan berpengaruh pada nomor benang yang dihasilkan. Mesin drawing breaker ini dilengkapi dengan auto leveler yang mampu menghasilkan sliver dengan tingkat kerataan yang baik untuk selanjutnya dibawa ke mesin drawing finisher.
4.      Drawing Finisher
Fungsi proses ini sama dengan fungsi pada drawing breaker. Hasil dari mesin drawing finisher ini disebut sliver drawing finisher, serat-serat yang ada didalamnya lebih lurus serta sudah terpisah antara serat pendek dan serta panjang. Sama seperti drwing breaker, drawing finisher juga mempunyai auto leveler yang dapat menghasilkan sliver dengan tingkat kerataan baik. Selanjutnya sliver menuju ke mesing roving.
5.      Roving
Setelah melewati proses drawing finisher, bentuk sliver diubah menjadi memanjang dan lebih kecil, dinamakan roving yang kemudian digulung dalam bobbin roving. Roving serat akan mengalami pen-sejajaran dan peregangan kembali. Adapun besarnya perbandingan antara berat dan panjang roving akan berpengaruh pada nomor benang yang akan dihasilkan. Selanjutnya bobbin roving dibawa menuju ke mesin ring spinning.

6.      Ring Spinning/ Ring Frame
Untuk menjadi benang, roving mengalami proses peregangan, pemberian antihan/ twist dan penggulungan. Benang yang dihasilkan ini digulung pada cop yang dibedakan warnanya. Hal ini dimaksudkan agar tiap jenis nomor benang dapat dibedakan pula, sehingga terhindar dari kekeliruan pada proses selanjutnya.
Mesin ring spinning memiliki kapasitas 1008 spindle, dilengkapi dengan automatic droffing yang sudah maksimal gulungannya. Kecepatan penggulungan mesin ini mencapai 15.000-17.000 rotation per minute. Mesin ring spinning dapat menghasilkan kualitas benang yang baik untuk proses knitting (rajut) maupun weaving (tenun). Untuk menghindari berhentinya mesin dalam waktu yang cukup lama, pada mesin ini biasanya ada beberapa petugas yang khusus ditugaskan mengambil hasil proses atau droffing.
7.      Winding
Mesin ini digunakan untuk memindahkan gulungan bebang dari cop ke cone sekaligus menghilangkan bagian-bagian benang yang terlalau tebal maupun yang terlalu tipis dalam panjang/berat tertentu dalam cone atau kelos. Cone bisa berupa paper cone atau plastic cone untuk kemudian siap di packing atau masuk ke proses selanjutnya.
Mesin winding ini dilengkapi dengan yarn clearer uster quantum dan loefpe yang dapat menghasilkan benang dengan kualitas terbaik untuk proses rajut atau tenun.
8.      Doubling
Setelah proses winding selesai, benang memasuki proses doubling. Doubling berfungsi untuk merangkap benang, disini benang single diubah menjadi benang double dan gulungannya dipindah ke bobbin silinder dengan ukuran yang telah ditentukan. Mesin doubling juga dilengkapi dengan yarn clearer yang berfungsi agar tidak terjadi penyimpangan dari jumlah benang yang harus di doubling dan secara otomatis pula berhenti jika benang yang sudah di rangkap kurang dari dua atau lebih.
9.      TFO (Two for One Twister)
Di area TFO, benang dari mesin doubling diberi antihan/ twist, gulungannya dipindahkan kembali ke cone. Mesin TFO dapat menghasilkan produksi dengan varian twist yang rendah serta ditunjang dengan double winder yang dilengkapi dengan yarn clearer untuk menunjang kualitas produksi yang baik, yang fungsinya agar tidak terjadi penyimpangan dari jumlah benag yang harus di doubling. Benang yang dihasilkan bisa menggunakan paper cone atau plastic cone untuk kemudian siap packing.
10.  Packing
Setelah seluruh proses selesai, benang dibawa menuju ruang ultra violet, quality control memeriksa kesempurnaan gulungan benang, selanjutnya benang siap dipacking. Benang di kemas kedalam karung atau dus baik benang single yang dihasilkan dari mesin winding atau benang double yang dihasilkan dari mesin TFO.  Pada proses ini, benang harus benar-benar dipisahkan menurut jenis nomornya agar terhindar dari komplain pihak konsumen.

BAB III
JENIS KAIN DAN CARA PEMBUATAN KAIN

A.    JENIS SERAT DALAM PEMBUATAN KAIN
Kain adalah bahan dari subuah pakaian yang di pakai kita sehari-hari dan kain sangat diperlukan oleh kita sebagai sarana busana. Pada umumnya Kain adalah bahan baku utama membuat pakaian. Pemilihan jenis kain yang cocok dan sesuai dengan model dan kenyamanan si pemakai adalah bagian terpenting sebelum membuat pakaian. Untuk kita orang awam, ada baiknya kita mengetahui ada berapa banyak sih jenis - jenis kain yang sering kita jumpai. Berikut ulasan yang dapat saya kumpulkan dari berbagai media sumber informasi.
Kain/ tekstil sintetik, seperti nilon dan polyester, diproduksi secara menyeluruh dari bahan kimia. Tekstil alam, seperti kapas, sutra dan wol tebuat dari serat tanaman atau hewan. Tekstil sintetik sangat bermanfaat karena memiliki sifat yang berbeda dan lebih maju dibanding bahan alami. Jas hujan plastik contohnya, adalah tahan air.
1.      Serat Linen
Serat yang pertama kali digunakan manusia adalah serat dari sejenis alang-alang, yaitu Linum usitatissimum. Kain yang dihasikan dikenal dengan nama linen. Pembudidayaannya dimulai pada periode Neolitikum(5000-1000 SM). Kain linen mempunyai sifat agak tebal dan kaku, dengan permukaan yang halus dan sangat kuat. Oleh karna itu, kain ini sering digunakan sebagai taplak meja, serbet, tirai, dan sebagainya.
2.      Serat wol
Serat wol yang terbuat dari bulu domba ini, mulai dikenal pada jaman Perunggu (2500-1000SM). Kain yang dihasilkan dapat memberikan kehangatan bagi pemakai, khususnya di daerah dingin. Mengapa? Hal ini karena serat wol memiliki kelenturan yang tinggi. Daya regangnya dapat mencapai 35% dari panjang semula. Seratnya bersisik dan keriting. Untuk mendapatkan jenis serat yang memiliki keunggulan khusus, peternak mengawinsilangkan beberapa jenis domba untuk memperoleh serat seperti yang diharapkan. Hasil kawin silang domba Tarantin (Spanyol) dengan Laodisia (Asia Kecil) menurunkan nenek moyang domba Merino yang memiliki bulu yang halus. Selain domba, bulu juga diambil dari hewan lainnya seperti kambing dan kelinci Angora, unta Bactrian dari Asia, serta bulu Llama dari Amerika Latin.
3.      Serat Kapas
Serat yang paling populer di dunia, yaitu serat kapas yang sering disebut katun. Daya serapnya yang tinggi membuat nyaman bila digunakan sebagai pakaian. Sifat yang dimilikinya cocok dengan iklim tropis. Kekurangannya adalah kain ini mudah sekali kusut dan susut pada pencucian pertama. Serat kapas berasal dari tanaman Gossypium, sejenis belukan dengan tinggi antara 120-180cm. Awalnya serat ini ditemukan di India kemudian menyebar ke daerah lain.

4.      Serat Sutra
Sutera tidak berasal dari bulu atau bagian tanaman melainkan dari air liur ulat sutera. Ulat ini adalah sejenis larva dari ngengat sutera Bombyx mori dari keluarga Lepidopter. Sebelum membentuk kepompong, ulat memakan daun murbei, Morus alba, L.
Kepompong ulat sutera terbuat dari cairan yang keluar dari mulutnya. Seluruh tubuh ulat akan terbungkus dalam jaringan lilitan air liur. Lilitan ini akan mengeras dan bila diurai menjadi serat panjang dan halus. Diantara yang lain serat ini merupakan serat terpanjang karena air liur ulat tidak akan terputus sebelum seluruh kepompong terbentuk.
Serat yang memiliki kilau tak tertandingi ini berasal dari Tiongko dan sudah dikenal sejak pemerintahan kaisar Huang-ti (2640SM). Istri kaisar Huang-ti lah yang pertama kali menemukan serat sutera dan merancang alat tenun khusus untuk menenunnya. Kemudian Bangsa Tiongkok terkenal dengan produksi kain sutera terbaik di dunia.
Sutera kemudian menjadi komoditi penting dalam perniagaan dunia, sehingga muncullah jaringan perjalanan sutera yang dikenal dengan nama Jalur Sutera(Silk Road). Mulanya pembuatan serat sutera dirahasiakan. Namun akhirnya bocor dan pembuatannya menyebar ke beberapa daerah lain termasuk Indonesia. Pada masa kerajaan Sriwijaya, tanaman Murbei sudah dibudidayakan. Setelah itu tanah Gayo merupakan daerah yang pernah menjadi penghasil sutera bermutu tinggi. Dewasa ini budidaya sutera terpusat di Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
5.      Polyester
Polyester fiber, adalah serat sintetik yang terbuat dari hasil polimerisasi etilen glikol dengan asam tereptalat melalui proses polimerisasi kondensasi. Hasil polimerisasi berupa chip atapun polimer leleh, yang kemudian di lakukan proses spinning untuk membentuk fiber. Pembentukan fiber dilakukan dengan temperatur di atas titik leleh polyester, dengan bantuan gear pump yang menentukan ukuran fiber yang keluar melalui spinneret. Spinneret disini akan menentukan cross section atau bentuk dari fiber yang diinginkan, seperti bulat, segitiga, dan lain-lain. Selanjutnya ribuan helai serat panjang ini disatukan dan ditarik serta diletakkan di dalam can. Serat-serat dari bebarapa can kemudian ditarik (draw) bersama sama sehingga didapatkan serat dengan ketebalan tertentu biasanya dinyatakan dengan satuan denier. Pada proses peregangan ini diberikan spin finish oil yang berfungsi mengurangi elektro statik yang terjadi pada saat serat polyester diproses pada mesin mesin pemintalan berikutnya. Setelah melalui proses peregangan selanjutnya masuk ke proses crimping. Kemudian serat tadi dipotong potong menggunakan rotary cutter dengan panjang sesuai dengan keperluan, misalnya 38 mm, 44 mm, 51 mm dan lain sebagainya. pada saat proses pemotongan serat diberikan hembusan agar serat-serat yang telah terpotong pendek-pendek dapat terurai satu sama lain. Serat yang telah selesai dipotong dikemas pada mesin baling press dengan standar berat sekitar 350 kg per bal. Selain kehalusan (denier) serat dan panjang serat, kilau (luster) juga merupakan spesifikasi yang sangat penting, misalnya bright, semi dull atau dull. Serat poliester merupakan bahan baku bagi pabrik pemintalan (spinning) yang membuat benang pintal. Di pabrik pemintalan serat poliester biasanya diproses untuk produk benang pintal poliester 100% atau cempuran dengan serat alam atau serat sintetik lainnya. Misalnya poliester/katun, polyester/rayon, polyester/rami, polyester/flax, polyester/acrilik dlsb.
Contoh Karakteristik serat poliester : Kehalusan : 1.3 denier, Panjang : 38 mm, Kekuatan tarik : 6.6 gram/denier, Mulur : 22%, Mengkerut : 6.3%, Krimp : 5.2 per Cm, Kandungan oil : 0.15%, Kandungan air : 0.4%
Hal yang penting untuk mendapatkan perhatian pada proses serat polyester di pabrik pemintalan adalah timbulnya elektro statis pada saat serat mengalami gesekan, baik antar serat dengan serat sendiri dan juga antara serat dengan metal atau karet yang merupakan bagian mesin yang bergesekan langsung dengan serat yang diproses. Elektro statik ini berdampak kepada ketidak-lancaran proses pemintalan seperti terjadinya serat menggulung (lapping) pada rol-rol yang berputar atau serat menyumbat (choking) pada corong atau terompet. Untuk mengurangi gejala elektro statik ini biasanya ditempuh hal-hal sebagai berikut : Pada serat diberikan anti statik atau spin finish oil, mesin-mesin produksi dibumikan (grounding) dan mengatur suhu dan kandungan kelembaban udara di ruangan pabrik, Misalnya suhu 30 derajat Celcius dan kelembaban udara (relative humidity) 53% di ruangan Ring Spinning.
·         Kelebihan dan kekurangan kain polyester
Dalam dunia kain, dikenal dua jenis kain yang utama. Kedua jenis kain tersebut adalah kain yang terbuat dari serat alami dan kain yang terbuat dari serat buatan atau sintetis. Contoh kain yang terbuat dari serat alami adalah kain katun. Salah satu contoh kain sintetis adalah kain polyester. Bahan pembuat kain polyester adalah polyethylene terepththalate (PET). Bahan ini adalah bahan yang juga digunakan sebagai bahan pembuat botol minuman plastik. Dalam industri garmen, kain polyester umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku pakaian dan perlengkapan rumah tangga, seperti seprai, penutup tempat tidur, tirai, dan gordin.
Kain katun mungkin memang terasa lebih alami daripada kain polyester. Namun, kain polyester tidak mudah kusut dan lebih cepat kering setelah dicuci. Selain itu, baju yang terbuat dari kain polyester tidak mudah susut maupun melar. Kain polyester tidak memerlukan penyetrikaan panas. Karena terbuat dari serat sintetik, kain polyester kurang mampu menyerap panas dan keringat saat dikenakan. Pakaian yang terbuat dari kain ini lebih cocok dikenakan di daerah bersuhu dingin atau ruangan ber-AC. Bagi Anda yang beraktivitas di luar maupun di dalam ruangan dengan suhu yang panas, sangat tidak dianjurkan untuk mengenakan pakaian berbahan polyester.
Kelebihan lain dari kain polyester adalah ketahanannya terhadap pencucian kimia/ dry cleaning dan pelarut organik. Kain ini juga lebih tahan terhadap jamur dan bakteri dibanding kain katun. Untuk memanfaatkan kelebihan kain polyester serta meminimalisir kekurangannya, serat kain polyester biasanya dipintal bersama serat alami. Penggabungan kedua serat ini mampu menghasilkan pakaian dengan sifat-sifat gabungan kedua serat. Namun, jika Anda memerlukan pakaian berbahan seratus persen katun, sebaiknya telitilah dulu pakaian tersebut sebelum membelinya. Cara membedakan pakaian berbahan katun atau polyester sangatlah mudah. Anda cukup mengambil sehelai benang dari kain tersebut kemudian bakarlah ujungnya. Asap pembakaran kain yang terbuat dari katun berbau seperti kertas terbakar, sedangkan asap pembakaran kain polyester berbau seperti plastik terbakar. Pilihlah selalu jenis kain yang sesuai dengan kebutuhan Anda


B.     JENIS BAHAN BERDASARKAN PROSES PEMBUATANNYA
a.       Woven/Weaving/Tenun
Kain yang di buat dari hasil penyilangan dua benang dengan cara di tenun/ dianyam. Sering disebut kain tenun. Bahan woven cirinya tidak dapat di tarik.
b.      Knit/Rajut
Kain yang dibuat dari jeratan – jeratan benang / mengaitkan benang dengan benang , sering di sebut kain rajut. Cirinya kain ini dapat di tarik atau elastis. Contoh dari kain rajut : jersey, interlock, rib, single jersey, tricot dll.














BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jadi dalam suatu pembuatan seatu kain dapat kita ketahui bahwa kain tersebut dapat dibuat berbagai macam cara dan juga terdapat bahan-bahan yang merupakan bahan alami yang asli terbuat dari alam, rata-rata bahan untuk pembuatan benang adalah serat yang sengaja ditanam bahan serat yang akan dibuat menjadi benang. Untuk pembuatan suatu kain bahan yang dibuat awal pembuatannya adalah dari benang. Benang pun dibuat sedemikian rupa dengan alat-alat produksi yang modern sehingga dalam pembuatannya pun lebih cepat dan mempunyai hasil yang maksimal sehingga hasil produksinya pun terbilang memang besar. Jadi dalam pembuatan kain pun dapat dengan cepat dibuat. Pembuatan kainpun pada masa kini dalam pembuatannya juga dengan menggunakan mesin baik dari pembuatan dengan cara rajut dan tenun juga banyak yang menggunakan mesin-mesin modern sehingga dalam pembuatannya lebih cepat dan berkualitas tinggi. Sehingga pada masa modern ini bahan dan alat produksi tekstil sudah menggunakan mesin-mesin modern. Maka itu begitu menariknya dan canggih dibidang pertekstilan.
B.     Saran
Ø  Dalam bidang pertekstilan diindonesia harus lebih canggih dalam pembuatan suatu barang busana masyarakat.
Ø  Kita harus lebih menghargai suatu pembuatan dan hak cipta.
Ø  Tidak adanya barang ilegal tentang tekstil atau peniruan-peniruan barang busana.
Ø  Harus lebih kreatif dan sportif dibidang pertekstilan. Sehingga tidak adanya perselisiahan dan persaingan dalam penjualan.
Ø  Kita sebagai Bangsa Indonesia harus lebih menghargai barang-barang busana buatan kita sendiri.
Ø  Perlu penegakkan hukum yang sesuai ketentuan dari bahan ilegal yang masuk ke negara kita.





DAFTAR PUSTAKA

o   Tentang kain-thereasonofwhy-file
o   Juknis restrukturisasi ITPT
o   Serat Kain Sintetis « Renaldypamungkas's Blog.htm
o   proses-pembuatan-kain-dari-kapas-sampai-ke-kaos-polos.htm

o   bahantekstil.php.htm
MAKALAH PENGUJIAN TENTANG ILMU TEXTILE SERAT SERAT MAKALAH PENGUJIAN TENTANG ILMU TEXTILE SERAT SERAT Reviewed by Selalu Ada on September 04, 2016 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.