Kedatangan Bangsa Inggris Ke Indonesia

A. Latar Belakang bangsa Inggris masuk ke Indonesia
Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat serta pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Dari situlah maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya.
Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.
Sejak abad ke-17, para pedagang Inggris sudah berdagang sampai di daerah India. Di India timur, para pedagang Inggris mendirikan kongsi dagang yakni East India Company (EIC) pada tahun 1600, dengan daerah operasinya adalah India. Pusat kekuatan EIC adalah Kalkuta (India), dan dari kota inilah Inggris meluaskan wilayahnya ke Asia Tenggara. Di bawah Gubernur Jenderal Lord Minto yang berkedudukan di Kalkuta dibentuk ekspedisi Inggris untuk merebut daerah-daerah kekuasaan Belanda yang ada di wilayah Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffes telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris diharuskan mengembalikan kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Dan pada tahun 1816 Inggris melaksanakan kewajibannya itu.

B. Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Inggris
Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan untuk mengawet makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan menjualnya kepada para pedagang Eropa. Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani.
Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia) dalam perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber rempah-rempah di negara penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia . pada bab ini akan diuraikan tentang kedatangan bangsa Eropa hingga terbentuknya kekuasaan kolonial Barat di Indonesia. Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama. Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur adalah sebagai berikut :
·         Mencari kekayaan termasuk berdagang
·         Menyalurkan jiwa penjelajah
·         Meyakini Keberadaan Prester John
·         Menyebarkan agama
·         Mencari kemuliaan bangsa
Sejak abad ke -13, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh. Mereka yakin akan bertemu dengan orang-orang seagama.
Di luar faktor yang disebutkan di atas, orang-orang Eropa yang sebagian besar beragama Kristen terdorong pula untuk pergi ke mana pun guna mewartakan Injil atau dalam hal ini Keinginan bangsa eropa menyebarkan agama Nasrani (Gospel). Mereka percaya bahwa mewartakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan adalah salah satu panggilan hidupnya. Selain menyebarkan Injil, mereka juga berusaha mencari kekayaan (gold) dan kebanggaan serta kejayaan (glory) bagi negaranya. Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya.
Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.


C. Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia
Seperti tercatat dalam sejarah, Indonesia pernah berada dalam jajahan Inggris. Inggris secara resmi menjajah Indonesia lewat perjanjian Tuntang (1811) dimana perjanjian Tuntang memuat tentang kekuasaan belanda atas Indonesia diserahkan oleh Janssens (gubernur Jenderal Hindia Belanda) kepada Inggris Namun, sebelum perjanjian Tuntang ini, sebenarnya Inggris telah datang ke Indonesia jauh sebelumnya. Perhatian terhadap Indonesia dimulai sewaktu penjelajah F. Drake singgah di Ternate pada tahun 1579.

 Selanjutnya ekspedisi lainnya dikirim pada akhir abad ke-16 melalui kongsi dagang yang diberi nama East Indies Company (EIC). EIC mengemban misi untuk hubungan dagang dengan Indonesia. Pada tahun 1602, armada Inggris sampai di Banten dan berhasil mendirikan Loji disana. Pada tahun 1904, Inggris mengadakan perdagangan dengan Ambon dan Banda, tahun 1909 mendirikan pos di Sukadana Kalimantan, tahun 1613 berdagang dengan Makassar (kerajaan Gowa), dan pada tahun 1614 mendirikan loji di Batavia (jakarta).
Dalam usaha perdagangan itu, Inggris mendapat perlawanan kuat dari Belanda. Belanda tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mengusir orang Inggris dari Indonesia. Setelah terjadi tragedi Ambon Massacre, EIC mengundurkan diri dari Indonesia dan mengarahkan perhatiannya ke daerah lainnya di Asia tenggara, seperti Singapura,  Malaysia, dan Brunei Darussalam sampai memperoleh kesuksesan. Inggris kembali memperoleh kekuasaan di Indonesia melalui keberhasilannya memenangkan perjanjian Tuntang pada tahun 1811. Selama lima tahun (1811 – 1816), Inggris memegang kendali pemerintahan dan kekuasaanya di Indonesia. Sejak saat itu kedatangan Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas CavendishDengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia.
Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama. Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka. Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus berusaha mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
 Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar. Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang barat lainnya di Indonesia dagang Barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.

sejarah penjajahan Inggris di Indonesia. Seperti tercatat dalam sejarah, Indonesia pernah berada dalam jajahan Inggris. Inggris secara resmi menjajah Indonesia lewat perjanjian Tuntang (1811) dimana perjanjian Tuntang memuat tentang kekuasaan belanda atas Indonesia diserahkan oleh Janssens (gubernur Jenderal Hindia Belanda) kepada Inggris.
Namun sebelum perjanjian Tuntang ini, sebenarnya Inggris telah datang ke Indonesia jauh sebelumnya. Perhatian terhadap Indonesia dimulai sewaktu penjelajah F. Drake singgah di Ternate pada tahun 1579. Selanjutnya ekspedisi lainnya dikirim pada akhir abad ke-16 melalui kongsi dagang yang diberi nama East Indies Company (EIC). EIC mengemban misi untuk hubungan dagang dengan Indonesia. Pada tahun 1602, armada Inggris sampai di Banten dan berhasil mendirikan Loji disana. Pada tahun 1904, Inggris mengadakan perdagangan dengan Ambon dan Banda, tahun 1909 mendirikan pos di Sukadana Kalimantan, tahun 1613 berdagang dengan Makassar (kerajaan Gowa), dan pada tahun 1614 mendirikan loji di Batavia (jakarta). Dalam usaha perdagangan itu, Inggris mendapat perlawanan kuat dari Belanda. Belanda tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mengusir orang Inggris dari Indonesia. Setelah terjadi tragedi Ambon Massacre, EIC mengundurkan diri dari Indonesia dan mengarahkan perhatiannya ke daerah lainnya di Asia tenggara, seperti Singapura,  Malaysia, dan Brunei Darussalam sampai memperoleh kesuksesan. Inggris kembali memperoleh kekuasaan di Indonesia melalui keberhasilannya memenangkan perjanjian Tuntang pada tahun 1811. Selama lima tahun (1811 – 1816), Inggris memegang kendali pemerintahan dan kekuasaanya di Indonesia.
Indonesia mulai tahun 1811 berada dibawah kekuasaan Inggris. Inggris menunjuk Thomas Stanford Raffles sebagai Letnan Gubernur jenderal di Indonesia. Beberapa kebijakan Raffles yang dilakukan di Indonesia antara lain:
1. Jenis penyerahan wajib pajak dan rodi harus dihapuskan;
2. Rakyat diberi kebebasan untuk menentukan tanaman yang ditanam;
3. Tanah merupakan milik pemerintah dan petani dianggap sebagai penggarap tanah tersebut;
Bupati diangkat sebagai pegawai pemerintah.
Akibat dari kebijakan diatas, maka penggarap tanah harus membayar pajak kepada pemerintah sebagai ganti uang sewa. Sistem tersebut disebut Lnadrent atau sewa tanah. Sistem tersebut memiliki ketentuan, antara lain:
1. Petani harusmenyewa tanah meskipun dia adalah pemilik tanah tersebut;
2. Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah;
3. Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai;
4. Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala.
Sistem landrent ini diberlakukan terhadap daerah-daerah di Pulau jawa, kecuali daerah-daerah sekitar Batavia dan parahyangan. Hal itu disebabkan daerah-daerah Batavia pada umumnya telah menjadi milik swasta dan daerah-daerah sekitar Parahyangan merupakan daerah wajib tanam kopi yang memberikan keuntungan yang besar kepada pemerintah. Selama sistem tersebut dijalankan, kekuasaan Bupati sebagai pejabat tradisional semakin tersisihkan karena trgantikan oleh pejabat berbangsa Eropa yang semakin banyak berdatangan.
Raffles berkuasa dalam waktu yang cukup singkat. Sebab sejak tahun 1816 kerajaan Belanda kembali berkuasa di Indonesia. Pada tahun 1813, terjadi prang Lipzig antar Inggris melawan Prancis. Perang itu dimenangkan oleh Inggris dan kekaisaran Napoleon di Prancis jatuh pada tahun 1814. Kekalahan Prancis itu membawa dampak pada pemerintahan di negeri Belanda yaitu dengan berakhirnya pemerintahan Louis Napoleon di negeri Belanda. Pada tahun itu juga terjadi perundingan perdamaian antara Inggris dan Belanda.  Perundingan itu menghasilkan Konvensi London atau Perjanjian London (1814), yang isinya antara lain menyepakati bahwa semua daerah di Indonesia yang pernah dikuasai Belanda harus dikembalikan lagi oleh Inggris kepada Belanda, kecuali daerah Bangka, Belitung dan Bengkulu yang diterima Inggris dari Sultan Najamuddin. Penyerahan daerah kekuasaan di antara kedua negeri itu dilaksanakan pada tahun 1816. Dengan demikian mulai tahun 1816, Pemerintah Hindia-Belanda dapat kembali berkuasa di Indonesia.
Berikut ini beberapa teori mengenai penjelajahan samudra oleh Bangsa Inggris:
1. Sir Francis Drake
Penjelajahan Samudra Sir Francis Drake

Pelayaran bangsa Inggris dalam mencari rempah rempah dimulai oleh rombongan Sir Francis Drake pada tahun 1577. Drake bersama rombongannya bertolak dari Inggris menuju ke arah barat, berlayar menyusuri samudra atlantik. Ia mendapati badai besar yang mengharuskan Drake dan rombongannya untuk menepi di daratan. Drake menepi di Teluk San Julian, yang sekarang termasuk daerah Argentina. Rombongan Sir Francis Drake melanjutkan pelayaran setelah badai reda menuju ke arah selatan, memasuki selat Magellan di ujung Amerika Selatan.

Pada tahun 1578, Drake bersama rombongannya memasuki Samudra Pasifik dan berlayar menuju ke arah utara. Ia singgah di Chili untuk menyerang kota-kota yang dikuasai oleh Spanyol. Di Chili, Drake mendapat grafik/peta perjalanan ke Peru dari pelaut bangsa Spanyol. Selain mendapat peta, Drake juga mendapat beberapa anggur. Drake dan rombongannya melanjutkan perjalanan dan sampai di Peru. Di Peru, Drake mendapatkan emas dan perhiasan lainnya dalam jumlah yang banyak.

Tahun 1579, Drake menyebrangi samudra pasifik hingga sampai di perairan Filipina. Dari Filipina, Drake melanjutkan  pelayaran memasuki perairan Indonesia. Ia berhasil berlabuh di Ternate, Maluku. DI Ternate, Drake mendapatkan rempah-rempah dalam jumlah yang besar. Setelah dirasa mendapatkan rempah-rempah, Drake dan rombongannya memutuskan untuk kembali ke Inggris.
Dalam perjalanan pulang, Drake bersama rombongannya melewati lautan Afrika. Kemudian memasuki daerah Tanjung Harapan. Hingga akhirnya ia sampai di Inggris pada tahun 1580. Sesampainya di Inggris, Drake mendapat penghargaan oleh Ratu Elizabeth I sebagai orang Inggris pertama yang berhasil mengelilingi Bumi dengan selamat.

2. Sir James Lancester dan George Raymond
Sir James Lancester dan George Raymond

Pada tahun 1591 satu ekspedisi yang terdiri dari tiga buah kapal bertolak dari Plymouth, Inggris dipimpin oleh George Raymond dan James Lancaster, tujuannya adalah ke India Timur melalui Tanjung Harapan. Penjelajahan ini tidak begitu berhasil karena hanya satu kapal yang berhasil melanjutkan perjalanan yaitu kapal yang dipimpin oleh Lancaster. George Raymond tenggelam, sedangkan sebuah kapal terpaksa kembali.

Di India, Lancaster mendirikan EIC (East Indian Company). Ia dibantu oleh Jhon Davis dalam mengurusi hal perdagangan di India. Lancaster mendapat perintah untuk melanjutkan pelayaran mencari sumber rempah-rempah yang lebih melimpah.

Pada tahun 1602, Rombongan Lancaster dan maskapai dagang EIC tiba di Aceh, melalui selat malaka. Ia terus melanjutkan perjalanan hingga ke Banten. Lancaster merasa bingung mendapati bahwa Belanda menyikapi kedatangan bangsa Inggris sebagai lawan. Padahal di kawasan Eropa, Belanda dan Inggris merupakan sekutu. Di Banten, Lancaster juga mendirikan kantor dagang EIC. Ia sebagai pengurus di kantor dagang tersebut.

Sir James Lancaster kembali ke negerinya, Inggris pada tahun 1603 dengan membawa kapal yang dipenuhi oleh lada. Ia bersama rombongannya bertolak dari Banten berlayar menuju arah barat mengarungi samudra hindia, melewati perairan afrika selatan dan juga Tanjung Harapan. Hingga akhirnya sampai di Inggris dengan selamat.

3. Sir Henry Middleton
Sir Henry Middleton

Ekspedisi Sir Henry Middleton ditujukan untuk melanjutkan misi Lancaster dalam mengurusi perdagangan Inggris (EIC) di Indonesia.

Rute perjalanan Sir Henry Middleton saat menuju ke kepulauan Indonesia hampir sama dengan rute Lancaster. Perjalanan Middleton bersama rombongannya dimulai pada tahun 1604. Ia dari Inggris berlayar menuju ke selatan. Menyusuri perairan Cabo da Roca Portugal dan Pulau Canary. Ia singgah di Teluk Verde, Afrika Barat karena persediaan makanan telah menipis. Ia mencari persediaan makanan di daratan Afrika Barat. Setelah dirasa mendapatkan makanan yang cukup, Middleton melanjutkan pelayaran menyusuri perairan Afrika Selatan dan memasuki Samudra Hindia. Middleton menyebrangi Samudra Hindia hingga mencapai pulau Sumatra.

Dari Sumatra, Middleton menuju ke Banten pada akhir tahun 1604. Dari Banten ia berlayar lagi menuju ke Ambon (1605) untuk berunding dengan Portugis untuk memperoleh hak dagang disana. Namun, hal ini ditentang oleh Belanda. Belanda menjadikan Inggris sebagai lawannya. Setelah Ambon, Sir Henry Middleton juga mengunjungi berbagai pulau di Maluku, seperti Ternate dan Tidore. Dari Pulau Maluku, Kapal Middleton dipenuhi oleh rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh.

Setelah dirasa sudah mendapatkan rempah-rempah yang cukup, Sir Henry Middleton memerintahkan kepada rombongan lainnya untuk pulang ke Inggris melalui jalur yang sama seperti perjalanan berangkat sebelumnya dengan membawa rempah-rempah. Sedangkan Sir Henry Middleton tetap di Nusantara untuk mengurusi EIC. Ia mencoba mendirikan pusat-pusat perdagangan baru. Namun hal ini sia-sia, karena ia mendapatkan perlawanan dari pihak Belanda. Sir Henry Middleton meninggal di Banten pada tanggal 24 Mei 1613.

4. James Cook
James Cook Perjalanan

Pada tahun 1768 Cook mendapat perintah dari Markas Besar Angkatan Laut Inggris untuk mencari daerah jajahan baru di daerah sekitar Samudra Pasifik. Ia juga mendapat perintah dari Royal Society (Lembaga Ilmu Pengerahuan Kerajaan Inggris) supaya mengantar para ilmuwan ke Tahiti. Tugas para ilmuwan itu membuat peta perlintasan Planet Venus antara Bumi dan Matahari.

Ia memulai perjalanan dari Inggris pada tanggal 25 Agustus 1768. Dari Inggris terus berlayar menuju arah selatan hingga sampai di perairan Amerika Selatan. Kemudia ia belok ke barat dan sampai di Tahiti pada tanggal 13 April 1769.

Selepas dari Tahiti, James Cook melanjutkan pelayaran untuk mencari daerah kutub selatan (daerah antartika).  Tanggal 6 Oktober 1769, Cook bersama rombongannya tiba di perairan Selandia Baru. Namun, oleh penduduk setempat dilarang untuk menepi di daratan. Cook berlayar ke utara dengan tujuan untuk mencari daratan sebagai tempat berlabuh. Pada tanggal 19 Oktober 1769 Cook tiba di Teluk Uawa. Penduduk di daerah itu ramah. Cook bersama anak buahnya disambut dengan hangat. Mereka lalu melakukan barter barang dengan rempah-rempah.

Pada tahun 1770 Cook berhasil mendarat di pantai Timur Australia dan menjelajahi pantai Australia secara menyeluruh pada tahun 1771. Oleh karena itu, James Cook sering dikatakan sebagai penemu Benua Australia.

Selepas dari Australia, James Cook berlayar menuju ke daerah Nusantara. Di Jakarta, James Cook mendapatkan rempah-rempah yang cukup banyak. Sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Inggris.


Dalam perjalanan pulang, James Cook melewati Samudra Hindia. Masuk ke perairan Afrika Selatan dan melewati Tanjung Harapan. James Cook sampai di Inggris pada akhir tahun 1771.
Kedatangan Bangsa Inggris Ke Indonesia Kedatangan Bangsa Inggris Ke Indonesia Reviewed by Selalu Ada on November 07, 2016 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.