Mengenal manusia purba di Sangiran dan Trinil Ngawi,Jawa timur

KATA PENGANTAR


                                 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




Daftar isi
K

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

PENDAHULUAN .............................................................................
.........iii

A. Latar belakang .........................................................................................
iv

B. Pokok pembahasan .....................................................................................v

C. Tujuan penulisan ....................................................................................v

                     D. Manfaat penulisan......................................................................................v
                    
BAB 1          MENGENAL MANUSIA PURBA DI SANGIRAN DAN TRINIL...........1-7

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah.
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan matahari. Bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Ilmu pengetahuan merupakan pencarian makna praktis, yaitu penjelasan yang bisa dimanfaatkan. Penjelasan ini telah menjadi dasar ilmu pengetahuan manusia dari zaman pra-sejarah hingga awal abad ke-20.
Ilmu pengetahuan abad ke-20 telah mengubah segalanya, kemajuan- kemajuan serupa itu sebenarnya telah terjadi di masa-masa sebelumnya. Salah satunya terjadi kira-kira tahun 2500 SM, ketika ”Stonehenge’’ didirikan di Inggris dan ‘’Piramida’’ dibangun di Mesir. Kedua monument ini menyatukan gagasan astronomis dan religius yang kecanggihannya tidak sepenuhnya di ketahui hingga abad ini. Penyelidikan mendalam tentang Stonehenge dan piramida-piramida tersebut mengungkap pengetahuan matematika yang mengejutkan. Orang yang membangun kedua monumen ini telah memahami istilah-istilah praktis yang paling sederhana tentang hubungan antara dua sisi tegak dengan sisi miring dari segitiga siki-siku yang tertentu. Dengan kata lain mereka telah memahami dasar dari apa yang kita kenal sebagai dalil Pythagoras sekitar 2000 tahun sebelum Pythagoras lahir.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan lainnya juga mengungkapkan tentang peranan dunia islam di dalamnya. Sekitar abad ke 7 M. pada zaman Bani Umayyah, orang islam menemukan cara pengamatan astronomi. Kemudian pada tahun 825 M. M. AL-khawarizmi telah menyusun buku aljabar yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa.
Dari beberapa uraian tersebut, ternyata perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidaklah muncul dengan sendirinya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang selalu lapar akan pengetahuan harus mengetahui secara detail sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu.

Mengenal manusia purba di Sangiran dan Trinil Ngawi,Jawa timur

Peninggalan manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak ditemukan berada di Pulau Jawa. Meskipun di daerah lain tentu juga ada, tetapi para peneliti belum berhasil menemukan tinggalan tersebut atau masih sedikit yang berhasil ditemukan, misalnya di Flores. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa penemuan penting fosil manusia di beberapa tempat.
1. Sangiran
Situs Sangiran berada di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Di dalam buku Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, Sangiran Menjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu. Situs Sangiran itu mempunyai luas delapan kilometer pada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arah timur-barat. Situs Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang, termasuk artefak. Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiran berupa endapan lempung hitam dan pasir fluvio-vulkanik, tanahnya tidak subur dan terkesan gersang pada musim kemarau.
Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemulling situs itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. Eugene Dubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934, Gustav Heindrich Ralph von Koeningswald menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan von Koeningswald, Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusia modern.
Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun, menunjukkan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqWsKBX7CJvamaX96YeYoSWBEnEYwG-Vwkbx5bgCDgMbCAGjV5HFEp8pUh_I4RbWTn2nNQJYGCzPJuGSaYROi3nWhYOXt6aWyz2ECKXdqXumFCqNfRRfe-MSlHL6HQ3hLftPpM54j05zwV/s1600/Sangiran_17.png
Perhatikan baik-baik gambar fosil manusia purba di samping, fosil itu juga disebut sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor seri penemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang terbaik di Sangiran. Ia ditemukan di endapan pasir fluvio-volkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran. Fosil itu merupakan dua di antara Homo erectus di dunia yang masih lengkap dengan mukanya. Satu ditemukan di Sangiran dan satu lagi di Afrika
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapatkita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandusyang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan KabupatenKaranganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Didalam buku Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, SangiranMenjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakansebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yangpaling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia.Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia,yang memberikan petunjuk tentang keberadaanmanusia sejak 150.000 tahun yang lalu. SitusSangiran itu mempunyai luas delapan kilometerpada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arahtimur-barat. Situs Sangiran merupakan suatukubah raksasa yang berupa cekungan besardi pusat kubah akibat adanyageologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagailapisan batuan yang mengandung fosil-fosilmanusia purba dan binatang, termasuk artefak.Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiranberupa endapan lempung hitam dan pasir fluviovolkanik,tanahnya tidak subur dan terkesangersang pada musim kemarau.
Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemullintahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso,bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemullingsitus itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. EugeneDubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurangtertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934,G.H.R von Koenigswald menemukan artefak litik di wilayahNgebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran.Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi SitusSangiran. Semenjak penemuan von Koenigswald, Situs Sangiranmenjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuanfosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homoerectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia,sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusiamodern.Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentangevolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambarannyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan.Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yangdiendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun,menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagaisalah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secararesmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalamnomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO

2. Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Sebelum penemuannya di Trinil, Eugene Dubois mengawali temuan Pithecantropus erectus di Desa Kedungbrubus, sebuah desa terpencil di daerah Pilangkenceng, Madiun, Jawa Timur. Desa itu berada tepat di tengah hutan jati di lereng selatan Pegunungan Kendeng. Pada saat Dubois meneliti dua horizon/lapisan berfosil di Kedungbrubus ditemukan sebuah fragmen rahang yang pendek dan sangat kekar, dengan sebagian prageraham yang masih tersisa. Prageraham itu menunjukkan ciri gigi manusia bukan gigi kera, sehingga diyakini bahwa fragmen rahang bawah tersebut milik rahang hominid. Pithecantropus itu kemudian dikenal dengan Pithecantropus A. Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koeningswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak. Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antartulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah mencapai usia dewasa.

Selain tempat-tempat di atas, peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah; dan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah. Temuan berupa tengkorak anak-anak berusia sekitar 5 tahun oleh penduduk yang sedang membantu penelitian Koeningswald dan Duyfjes perlu untuk dipertimbangkan. Temuan itu menjadi bahan diskusi yang menarik bagi para ilmuwan. Metode pengujian penanggalan potasium-argon yang digunakan oleh Tengku Jakob dan Curtis terhadap batu apung yang terdapat disekitar fosil tengkorak itu menunjukkan angka 1,9 atau kurang lebih 0,4 juta tahun. Pengujian juga dilakukan dengan mengambil sampel endapan batu apung dari dalam tengkorak dan menunjukkan angka 1,81 juta tahun. Hasil uji penanggalan-penanggalan tersebut menjadi perdebatan para ahli dan perlu untuk dikaji lebih lanjut.
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masukwilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalanpurbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelumvon Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasiyang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawapenemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagidunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapanalluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorakPithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh danfragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.

Manusia purba adalah jenis manusia yang hidup pad jaman Pleistosen yang memiliki cirri amat sederhana baik bentuk fisik, kecerdasan, maupun tingkat peradabannya. Zaman Pleistosen di Indonesia kira-kira 1.9 juta tahun yang lalu. Karena lamanya waktu sisa-sisa manusia purba sudah membatu atau berubah jadi fosil. Oleh karena itu manusia purba juga sering disebut manusia Fosil.
Manusia purba yang pernah hidup di Indonesia berdasarkan temuan fosil yang ada dapat dibedakan menjadi  tiga jenis, yaitu Megantropus, Pithecantropus dan Homo. Manusia jenis Megantropus maerupakan jenis manusia purba paling primitive. Sementara itu jenis manusia purb homo merupakan jenis manusia purba yang paling mendekati bentuk manusia sekarang.
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahw daerah lembah sungai Bengawan Solo paling banyak ditemukan fosil manusia purba., termasuk juga di lembah sungai Brantas, disekitar Mojokerto dan Wajak. Dari perbagai penemuan fosi dan peralatan dari batu tersebut menunjukan bahwa daerah lembah Bengawan Solo dan lembah sungai Berantas pad zaman dahulu merupakan tempat pemukiman manusia purba.
Fosil-fosil manusia purba yang telah ditemukan di Indonesia antar lain sebagai berikut:

1.Meganthropus Palaeojavanicus ( Manusia Raksasa dari Jawa )
Jenis manusia purb ini mempunyai bentuk paling primitive, Fosil Meganthropus ditemukan oleh  Von Koenigswald   di daerah Sangiran pada lapisan Pucangan/ Pleistosin Bawah. Tahun 1936 dan 1941. Hasil temuan fosil tersebut berupa rahang bagian atas dan bawah. Pada  tahun 1952 Marks jugamenemukan fosil rahang bawah manusia megantropus yang lain pada lapisan Kabuh ( Pleistosin Tengah ) di Sangiran.
Meganthropus Palaeojavanicus mempunyai tubuh yang kekar, berahang besar dan diperkirakan sebagai manusia purb atertua. Gerahamnya menunjukkan cirri manusia, tetapi mendekati ciri kera, yaitu tidak berdagu. Meganthropus diduga hidup 2 juta sampai dengan 1 juta tahun yang lalu.
2.Pithecantropus ( Manusia Kera )
Pada tahun 1936 Tjokrohandoyo yang bekerja di bawah pimpinan ahli purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak anak-anak di Kepuhklagen sebelah Utara  Perning / Mojokerto. Fosil tersebut di ditemukan pada lapisan Pucangan / Plestosin Bawah  dan dinamakan Fithecantropus Mojokertensis. Manusia purba ini tergolong jenis Pithecanropus yang paling tua.
Jenis Pithecantropus mempnyai cirri-ciri antara lain  Sbb
a.    Badan tegap, tetapi tidak seperti megantropus
b.    Bertinggi badan 165-180 cm
c.    Tulang raham dan gerahan kuat serta bagian kening menonjol
d.    Wajah tidak mempunyai dagu
e.    Volume otak belum sempurna seperti jenis homo 700-1.300cc
f.     Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong
g.    Alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil
h.    Hidup diperkirakan 1-25 Juta tahun lalu
i.      Makanannya masih kasar dengan sedikit pengolahan
Jenis Pithecantropus yang ditemukan di Indonesia adalah sebagai berikut:

a.    Pithecantropus Mojokertensis ( Manusia Kera dari Mojokerto )
G.H.R.Von Koenigwald pada tahun 1936-1941 melakukan penelitian di sekitar sungai bengawan Solo. Tahun 1936 menemukan fosil tengkorak anak-anak di dekat Mojokerto. Berdasar taju putting dan sendi rahang bawahnya diperkirakan usia mahluk itu 5-6 tahun dan mahluk itu disebut homo Mojokertensis .GHR Von Keonigswal membagi lapisan diluvium lembah sungai Bengawan Solo menjadi 3 bagian yaitu;
1.    Lapisan Jetis ( Pleistosen Bawah0
2.    Lapisan Trinil ( Pleistosin Tengah )
3.    Lapisan Ngandong ( Pleistosen Atas )
Berdasrkan pembagian lapisan diluvium tersebut Pithecantropus temuan Dubois menempati lapisan Trimil, Pitecantropus  yang menempati lapisan Jetis mempunyai tubuh paling besar dan kuat sehingga sisebut Pithecantropus Robustus, Pad lapisan Jetis /pleistosin Bawah itulah tempat homo mojokertensiss berada sehingga mahluk itu dinamakan Pithecantropus mojokertensis.
b.    Pithecantropus Soloensis ( Manusia kera dari Solo )
Pithecantropus yang masih bertahan hidup sampai akhir Pleistosen Tengah adalah Pitehecantropus Soloensis. Fosil pertama ditemukan di Ngandong. Di tepi sungai Bengawan Solo pada tahun 1931-1934 oleh GHR Koenigswald, Oppennorth,dan Ter Haar. Hasil temuannnya berupa fosil bagian atap tengkorak,tulang dahi, pragmen tulang pendinding,dan tulang kering. Dari penemuan tersebut, jenis kelamin,usia, bahkan kapasitas otaknya adapat diukur.
c.    Pithecantropus Erectus ( Manusia Kera berjalan Tegak )
Pada tahun 1890 seorang ahli purbakala Belanda Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba di desa Trinil / Ngawi Jawa Timur. Di lembah Bengawan Solo. Fosil tersebut setelah diteliti dan direkonstruksi ternyata membentuk kerangka manusia yang menyerupai kera sehingga dinamakan Pithecantropus Erectus yang berarti manusia kera berjalan tegak.
Berdasarkan penelitian pada temuan posil yang ada dapat disimpulkan bahwa Pithecantropus Erectus mempunyai cirri-ciri antara lain sebagai berikut:
1.    Berbadab tegap dengan alat pengunyah kuat
2.    Tinggi badan sekitar 165-170 cm dengan berat badan 100 kg
3.    Berjalan tegak
4.    Makanan masih kasar dengan sedikit  pengolahan
5.    Hidupnya diperkirakan 1 juta- 0,5 juta tahun yang lalu.
Pitecantropus Erectus  dianggap sebagai misingling karena keadaan antar manusia dank era karena mempunyai volume otak 900 cc
d.    Homo ( Manusia )
Fosil manusia purba jenis homo adalah jenis manusia purba yang mendekati cirri-ciri manusia modern.Jenis manusia homo mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1.    Cirri-ciri tubuh lebih maju dibanding pithecanthropus
2.    Volume otak lebih besar berkisar 1000-2000cc dengan rata-rata 1.350-1450cc
3.    Alat pengunyah rahang,gigi dan otot tenggkuk sudah mengecil
4.    Otak besar dan kecil sudah berkembang terutam kulit dan otaknya
5.    Berjalan lebih tegak
6.    Tinggi badan 130-210 cm dengan berat badan 30-150 kg
7.    Muka tidak terlalu menonjol ke depan
8.    Tulang tengkorak mulai membulat
9.    Berkemampuan membuat peralatan dari batu dan tulang meskipun masih sederhana.
Jenis manusia purba Homo yang ditemukandi Indonesia adalah sebagai berikut:
a.    Homo Wajakensis ( Manusia dari wajak )
Pada tahun 1889 Von Reitschoten menemukan fosil manusia purba jenis homo di daerah wajak dekat Campur darat, Tulung Agung Jawa Timur. Temuan ini diselidiki oleh Eugene Dubois yang berupa ruas leher dan tengkorak yang mempunyai isi 1.650 cc. DFubois juga menemukan fosil 1890 terdiri frahmen tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang keringt, dan paha.
b.    Homo Soloensis ( Manusia dari Solo )
Pada tahun 1931-1934 GHR Von Koenigswald dan Weidenrich menemukan fosil-fosil manusia purba di lembah sungai bengawan Solo di dekat desa Ngandong. Berdasarkan penelitian fosil –fosil  yang ditemukan, homo soloensis mempunyai cirri-ciri sebagai berikut;
1.    Otak kecilnya lebih besar disbanding Pithe cantropus
2.    Tengkoraknya lebih besar dengan volume otak 1000 -1300cc
3.    Tonjolan kening agak terputus ditengah / di atasd hidung
4.    Berbadab tegap dan tingginya 180 cm
c.    Manusia Liang Bua
Pengumuman tentang penemuan manusia Homofloresiensis tahun 2004 menggemparkan dunia ilmupengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah guaLiang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia.Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Buabila diartikan secara harfiah merupakan sebuah gua yangdingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi denganpermukaan tanah yang datar, merupakan tempat bermukim
yang nyaman bagi manusia pada masa praaksara. Hal itu bisadilihat dari kondisi lingkungan sekitar gua yang sangat indah,yang berada di sekitar bukit dengan kondisi tanah yang datardi depannya. Liang Bua merupakan sebuah temuan manusiamodern awal dari akhir masa Pleistosen di Indonesia yangmenakjubkan yang diharapkan dapat menyibak asal usulmanusia di Kepulauan Indonesia.Manusia Liang Bua ditemukan oleh Peter Brown danMike J. Morwood pada bulan September 2003 lalu. Temuanitu dianggap sebagai penemuan spesies baru yang kemudiandiberi nama Homo floresiensis, sesuai dengan tempatditemukannya fosil manusia Liang Bua.
Pada tahun 1950-an, Th. Verhoeven lebih dahulumenemukan beberapa fragmen tulang manusia di Liang Bua.Saat itu ia menemukan tulang iga yang berasosiasi denganberbagai alat serpih dan gerabah. Tahun 1965, ditemukantujuh buah rangka manusia beserta beberapa bekal kubur yang antara lai berupa beliung dan barang-barang gerabah.Diperkirakan Liang Bua merupakansebuah situs neolitik dan paleometalik.Manusia Liang Bua mempunyai ciriberukuran kecil, dengan volume otak380 cc. Kapasitas kranial tersebut beradajauh di bawah Homo erectus (1.000 cc),manusia modern Homo sapiens (1.400cc), dan bahkan berada di bawah volumeotak simpanse (450 cc).
d.    Homo Sapien ( Manusia Cerdik )

                 Fosil homo safien berasal dari dari zaman Holosen ( 40000 tahun yang lalu. Manusia ini sudah
                 mengalami proses pengecilan pada bagian kepala dan tubuh yang lain sehingga fisiknya
                 hamper sama dengan manusia zaman sekarang. Homo Sapien terdiri atas beberapa
subspecies atau  ras.
                






KATA PENGANTAR


                                 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.












Daftar isi

KATA PENGANTAR .................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

PENDAHULUAN .............................................................................
.........iii

A. Latar belakang .........................................................................................
iv

B. Pokok pembahasan .....................................................................................v

C. Tujuan penulisan ....................................................................................v

                 D. Manfaat penulisan......................................................................................v
                
BAB 1     MENGENAL MANUSIA PURBA DI SANGIRAN DAN TRINIL...........1-7




BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah.
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan matahari. Bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Ilmu pengetahuan merupakan pencarian makna praktis, yaitu penjelasan yang bisa dimanfaatkan. Penjelasan ini telah menjadi dasar ilmu pengetahuan manusia dari zaman pra-sejarah hingga awal abad ke-20.
Ilmu pengetahuan abad ke-20 telah mengubah segalanya, kemajuan- kemajuan serupa itu sebenarnya telah terjadi di masa-masa sebelumnya. Salah satunya terjadi kira-kira tahun 2500 SM, ketika ”Stonehenge’’ didirikan di Inggris dan ‘’Piramida’’ dibangun di Mesir. Kedua monument ini menyatukan gagasan astronomis dan religius yang kecanggihannya tidak sepenuhnya di ketahui hingga abad ini. Penyelidikan mendalam tentang Stonehenge dan piramida-piramida tersebut mengungkap pengetahuan matematika yang mengejutkan. Orang yang membangun kedua monumen ini telah memahami istilah-istilah praktis yang paling sederhana tentang hubungan antara dua sisi tegak dengan sisi miring dari segitiga siki-siku yang tertentu. Dengan kata lain mereka telah memahami dasar dari apa yang kita kenal sebagai dalil Pythagoras sekitar 2000 tahun sebelum Pythagoras lahir.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan lainnya juga mengungkapkan tentang peranan dunia islam di dalamnya. Sekitar abad ke 7 M. pada zaman Bani Umayyah, orang islam menemukan cara pengamatan astronomi. Kemudian pada tahun 825 M. M. AL-khawarizmi telah menyusun buku aljabar yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa.
Dari beberapa uraian tersebut, ternyata perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidaklah muncul dengan sendirinya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang selalu lapar akan pengetahuan harus mengetahui secara detail sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu.




POKOK  PEMBAHASAN

Untuk mengenal manusia purba di Indonesia khusunya di Sangiran dan Trinil Ngawi , Jawa Timur.

TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk :

1.     Menambah wawasan untuk ilmu pengetahuan sosial
2.     Mengenal manusia purba
3.     Mengenal lebih dalam manusia purba disangiran dan trinil
4.     Bisa mengerahui sekjarah di pra-sejarah

MANFAAT  PENULISAN

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :

1.     Kita telah mengetahui apa itu manusia purba
2.     Mengetahui manusia purba di sangiran dan trinil
3.     Menambah wawasan kita tentang ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan sosial


Peninggalan manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak ditemukan berada di Pulau Jawa. Meskipun di daerah lain tentu juga ada, tetapi para peneliti belum berhasil menemukan tinggalan tersebut atau masih sedikit yang berhasil ditemukan, misalnya di Flores. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa penemuan penting fosil manusia di beberapa tempat.

1. Sangiran
Situs Sangiran berada di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Di dalam buku Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, Sangiran Menjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu. Situs Sangiran itu mempunyai luas delapan kilometer pada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arah timur-barat. Situs Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang, termasuk artefak. Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiran berupa endapan lempung hitam dan pasir fluvio-vulkanik, tanahnya tidak subur dan terkesan gersang pada musim kemarau.
Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemulling situs itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. Eugene Dubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934, Gustav Heindrich Ralph von Koeningswald menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan von Koeningswald, Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusia modern.

Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun, menunjukkan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqWsKBX7CJvamaX96YeYoSWBEnEYwG-Vwkbx5bgCDgMbCAGjV5HFEp8pUh_I4RbWTn2nNQJYGCzPJuGSaYROi3nWhYOXt6aWyz2ECKXdqXumFCqNfRRfe-MSlHL6HQ3hLftPpM54j05zwV/s1600/Sangiran_17.png
Perhatikan baik-baik gambar fosil manusia purba di samping, fosil itu juga disebut sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor seri penemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang terbaik di Sangiran. Ia ditemukan di endapan pasir fluvio-volkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran. Fosil itu merupakan dua di antara Homo erectus di dunia yang masih lengkap dengan mukanya. Satu ditemukan di Sangiran dan satu lagi di Afrika
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapatkita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandusyang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan KabupatenKaranganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Didalam buku Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, SangiranMenjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakansebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yangpaling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia.Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia,yang memberikan petunjuk tentang keberadaanmanusia sejak 150.000 tahun yang lalu. SitusSangiran itu mempunyai luas delapan kilometerpada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arahtimur-barat. Situs Sangiran merupakan suatukubah raksasa yang berupa cekungan besardi pusat kubah akibat adanyageologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagailapisan batuan yang mengandung fosil-fosilmanusia purba dan binatang, termasuk artefak.Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiranberupa endapan lempung hitam dan pasir fluviovolkanik,tanahnya tidak subur dan terkesangersang pada musim kemarau.

Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemullintahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso,bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemullingsitus itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. EugeneDubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurangtertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934,G.H.R von Koenigswald menemukan artefak litik di wilayahNgebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran.Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi SitusSangiran. Semenjak penemuan von Koenigswald, Situs Sangiranmenjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuanfosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homoerectus adalah takson paling penting dalam sejarah manusia,sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusiamodern.Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentangevolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambarannyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan.Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yangdiendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun,menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagaisalah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secararesmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalamnomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO

2. Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Sebelum penemuannya di Trinil, Eugene Dubois mengawali temuan Pithecantropus erectus di Desa Kedungbrubus, sebuah desa terpencil di daerah Pilangkenceng, Madiun, Jawa Timur. Desa itu berada tepat di tengah hutan jati di lereng selatan Pegunungan Kendeng. Pada saat Dubois meneliti dua horizon/lapisan berfosil di Kedungbrubus ditemukan sebuah fragmen rahang yang pendek dan sangat kekar, dengan sebagian prageraham yang masih tersisa. Prageraham itu menunjukkan ciri gigi manusia bukan gigi kera, sehingga diyakini bahwa fragmen rahang bawah tersebut milik rahang hominid. Pithecantropus itu kemudian dikenal dengan Pithecantropus A. Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koeningswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak. Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antartulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah mencapai usia dewasa.

Selain tempat-tempat di atas, peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah; dan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah. Temuan berupa tengkorak anak-anak berusia sekitar 5 tahun oleh penduduk yang sedang membantu penelitian Koeningswald dan Duyfjes perlu untuk dipertimbangkan. Temuan itu menjadi bahan diskusi yang menarik bagi para ilmuwan. Metode pengujian penanggalan potasium-argon yang digunakan oleh Tengku Jakob dan Curtis terhadap batu apung yang terdapat disekitar fosil tengkorak itu menunjukkan angka 1,9 atau kurang lebih 0,4 juta tahun. Pengujian juga dilakukan dengan mengambil sampel endapan batu apung dari dalam tengkorak dan menunjukkan angka 1,81 juta tahun. Hasil uji penanggalan-penanggalan tersebut menjadi perdebatan para ahli dan perlu untuk dikaji lebih lanjut.
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masukwilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalanpurbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelumvon Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasiyang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawapenemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagidunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapanalluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorakPithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh danfragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.

Manusia purba adalah jenis manusia yang hidup pad jaman Pleistosen yang memiliki cirri amat sederhana baik bentuk fisik, kecerdasan, maupun tingkat peradabannya. Zaman Pleistosen di Indonesia kira-kira 1.9 juta tahun yang lalu. Karena lamanya waktu sisa-sisa manusia purba sudah membatu atau berubah jadi fosil. Oleh karena itu manusia purba juga sering disebut manusia Fosil.
Manusia purba yang pernah hidup di Indonesia berdasarkan temuan fosil yang ada dapat dibedakan menjadi  tiga jenis, yaitu Megantropus, Pithecantropus dan Homo. Manusia jenis Megantropus maerupakan jenis manusia purba paling primitive. Sementara itu jenis manusia purb homo merupakan jenis manusia purba yang paling mendekati bentuk manusia sekarang.
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahw daerah lembah sungai Bengawan Solo paling banyak ditemukan fosil manusia purba., termasuk juga di lembah sungai Brantas, disekitar Mojokerto dan Wajak. Dari perbagai penemuan fosi dan peralatan dari batu tersebut menunjukan bahwa daerah lembah Bengawan Solo dan lembah sungai Berantas pad zaman dahulu merupakan tempat pemukiman manusia purba.
Fosil-fosil manusia purba yang telah ditemukan di Indonesia antar lain sebagai berikut:

1.Meganthropus Palaeojavanicus ( Manusia Raksasa dari Jawa )
Jenis manusia purb ini mempunyai bentuk paling primitive, Fosil Meganthropus ditemukan oleh  Von Koenigswald   di daerah Sangiran pada lapisan Pucangan/ Pleistosin Bawah. Tahun 1936 dan 1941. Hasil temuan fosil tersebut berupa rahang bagian atas dan bawah. Pada  tahun 1952 Marks jugamenemukan fosil rahang bawah manusia megantropus yang lain pada lapisan Kabuh ( Pleistosin Tengah ) di Sangiran.
Meganthropus Palaeojavanicus mempunyai tubuh yang kekar, berahang besar dan diperkirakan sebagai manusia purb atertua. Gerahamnya menunjukkan cirri manusia, tetapi mendekati ciri kera, yaitu tidak berdagu. Meganthropus diduga hidup 2 juta sampai dengan 1 juta tahun yang lalu.
2.Pithecantropus ( Manusia Kera )
Pada tahun 1936 Tjokrohandoyo yang bekerja di bawah pimpinan ahli purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak anak-anak di Kepuhklagen sebelah Utara  Perning / Mojokerto. Fosil tersebut di ditemukan pada lapisan Pucangan / Plestosin Bawah  dan dinamakan Fithecantropus Mojokertensis. Manusia purba ini tergolong jenis Pithecanropus yang paling tua.
Jenis Pithecantropus mempnyai cirri-ciri antara lain  Sbb
a.    Badan tegap, tetapi tidak seperti megantropus
b.    Bertinggi badan 165-180 cm
c.    Tulang raham dan gerahan kuat serta bagian kening menonjol
d.    Wajah tidak mempunyai dagu
e.    Volume otak belum sempurna seperti jenis homo 700-1.300cc
f.     Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong
g.    Alat pengunyah dan otot tengkuk sudah mengecil
h.    Hidup diperkirakan 1-25 Juta tahun lalu
i.      Makanannya masih kasar dengan sedikit pengolahan
Jenis Pithecantropus yang ditemukan di Indonesia adalah sebagai berikut:

a.    Pithecantropus Mojokertensis ( Manusia Kera dari Mojokerto )
G.H.R.Von Koenigwald pada tahun 1936-1941 melakukan penelitian di sekitar sungai bengawan Solo. Tahun 1936 menemukan fosil tengkorak anak-anak di dekat Mojokerto. Berdasar taju putting dan sendi rahang bawahnya diperkirakan usia mahluk itu 5-6 tahun dan mahluk itu disebut homo Mojokertensis .GHR Von Keonigswal membagi lapisan diluvium lembah sungai Bengawan Solo menjadi 3 bagian yaitu;
1.    Lapisan Jetis ( Pleistosen Bawah0
2.    Lapisan Trinil ( Pleistosin Tengah )
3.    Lapisan Ngandong ( Pleistosen Atas )
Berdasrkan pembagian lapisan diluvium tersebut Pithecantropus temuan Dubois menempati lapisan Trimil, Pitecantropus  yang menempati lapisan Jetis mempunyai tubuh paling besar dan kuat sehingga sisebut Pithecantropus Robustus, Pad lapisan Jetis /pleistosin Bawah itulah tempat homo mojokertensiss berada sehingga mahluk itu dinamakan Pithecantropus mojokertensis.
b.    Pithecantropus Soloensis ( Manusia kera dari Solo )
Pithecantropus yang masih bertahan hidup sampai akhir Pleistosen Tengah adalah Pitehecantropus Soloensis. Fosil pertama ditemukan di Ngandong. Di tepi sungai Bengawan Solo pada tahun 1931-1934 oleh GHR Koenigswald, Oppennorth,dan Ter Haar. Hasil temuannnya berupa fosil bagian atap tengkorak,tulang dahi, pragmen tulang pendinding,dan tulang kering. Dari penemuan tersebut, jenis kelamin,usia, bahkan kapasitas otaknya adapat diukur.
c.    Pithecantropus Erectus ( Manusia Kera berjalan Tegak )
Pada tahun 1890 seorang ahli purbakala Belanda Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba di desa Trinil / Ngawi Jawa Timur. Di lembah Bengawan Solo. Fosil tersebut setelah diteliti dan direkonstruksi ternyata membentuk kerangka manusia yang menyerupai kera sehingga dinamakan Pithecantropus Erectus yang berarti manusia kera berjalan tegak.
Berdasarkan penelitian pada temuan posil yang ada dapat disimpulkan bahwa Pithecantropus Erectus mempunyai cirri-ciri antara lain sebagai berikut:
1.    Berbadab tegap dengan alat pengunyah kuat
2.    Tinggi badan sekitar 165-170 cm dengan berat badan 100 kg
3.    Berjalan tegak
4.    Makanan masih kasar dengan sedikit  pengolahan
5.    Hidupnya diperkirakan 1 juta- 0,5 juta tahun yang lalu.
Pitecantropus Erectus  dianggap sebagai misingling karena keadaan antar manusia dank era karena mempunyai volume otak 900 cc
d.    Homo ( Manusia )
Fosil manusia purba jenis homo adalah jenis manusia purba yang mendekati cirri-ciri manusia modern.Jenis manusia homo mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1.    Cirri-ciri tubuh lebih maju dibanding pithecanthropus
2.    Volume otak lebih besar berkisar 1000-2000cc dengan rata-rata 1.350-1450cc
3.    Alat pengunyah rahang,gigi dan otot tenggkuk sudah mengecil
4.    Otak besar dan kecil sudah berkembang terutam kulit dan otaknya
5.    Berjalan lebih tegak
6.    Tinggi badan 130-210 cm dengan berat badan 30-150 kg
7.    Muka tidak terlalu menonjol ke depan
8.    Tulang tengkorak mulai membulat
9.    Berkemampuan membuat peralatan dari batu dan tulang meskipun masih sederhana.
Jenis manusia purba Homo yang ditemukandi Indonesia adalah sebagai berikut:
a.    Homo Wajakensis ( Manusia dari wajak )
Pada tahun 1889 Von Reitschoten menemukan fosil manusia purba jenis homo di daerah wajak dekat Campur darat, Tulung Agung Jawa Timur. Temuan ini diselidiki oleh Eugene Dubois yang berupa ruas leher dan tengkorak yang mempunyai isi 1.650 cc. DFubois juga menemukan fosil 1890 terdiri frahmen tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang keringt, dan paha.
b.    Homo Soloensis ( Manusia dari Solo )
Pada tahun 1931-1934 GHR Von Koenigswald dan Weidenrich menemukan fosil-fosil manusia purba di lembah sungai bengawan Solo di dekat desa Ngandong. Berdasarkan penelitian fosil –fosil  yang ditemukan, homo soloensis mempunyai cirri-ciri sebagai berikut;
1.    Otak kecilnya lebih besar disbanding Pithe cantropus
2.    Tengkoraknya lebih besar dengan volume otak 1000 -1300cc
3.    Tonjolan kening agak terputus ditengah / di atasd hidung
4.    Berbadab tegap dan tingginya 180 cm
c.    Manusia Liang Bua
Pengumuman tentang penemuan manusia Homofloresiensis tahun 2004 menggemparkan dunia ilmupengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah guaLiang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia.Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Buabila diartikan secara harfiah merupakan sebuah gua yangdingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi denganpermukaan tanah yang datar, merupakan tempat bermukim
yang nyaman bagi manusia pada masa praaksara. Hal itu bisadilihat dari kondisi lingkungan sekitar gua yang sangat indah,yang berada di sekitar bukit dengan kondisi tanah yang datardi depannya. Liang Bua merupakan sebuah temuan manusiamodern awal dari akhir masa Pleistosen di Indonesia yangmenakjubkan yang diharapkan dapat menyibak asal usulmanusia di Kepulauan Indonesia.Manusia Liang Bua ditemukan oleh Peter Brown danMike J. Morwood pada bulan September 2003 lalu. Temuanitu dianggap sebagai penemuan spesies baru yang kemudiandiberi nama Homo floresiensis, sesuai dengan tempatditemukannya fosil manusia Liang Bua.
Pada tahun 1950-an, Th. Verhoeven lebih dahulumenemukan beberapa fragmen tulang manusia di Liang Bua.Saat itu ia menemukan tulang iga yang berasosiasi denganberbagai alat serpih dan gerabah. Tahun 1965, ditemukantujuh buah rangka manusia beserta beberapa bekal kubur yang antara lai berupa beliung dan barang-barang gerabah.Diperkirakan Liang Bua merupakansebuah situs neolitik dan paleometalik.Manusia Liang Bua mempunyai ciriberukuran kecil, dengan volume otak380 cc. Kapasitas kranial tersebut beradajauh di bawah Homo erectus (1.000 cc),manusia modern Homo sapiens (1.400cc), dan bahkan berada di bawah volumeotak simpanse (450 cc).
d.    Homo Sapien ( Manusia Cerdik )

                 Fosil homo safien berasal dari dari zaman Holosen ( 40000 tahun yang lalu. Manusia ini sudah
                 mengalami proses pengecilan pada bagian kepala dan tubuh yang lain sehingga fisiknya
                 hamper sama dengan manusia zaman sekarang. Homo Sapien terdiri atas beberapa
subspecies atau  ras.
                





Mengenal manusia purba di Sangiran dan Trinil Ngawi,Jawa timur Mengenal manusia purba di Sangiran dan Trinil Ngawi,Jawa timur Reviewed by Selalu Ada on November 02, 2016 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.