Kerajaan Sriwijaya

PETA KERAJAAN SRIWIJAYA
Raja-raja Kerajaan Sriwijaya
Raja-raja yang berhasil diketahui pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya adalah sebagai berikut:
  • Raja Daputra Hyang: Berita mengenai raja ini diketahui melalui prasasti Kedukan Bukit (683 M). Pada masa pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah Jambi. Sejak awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah bercita-cita agar Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan bercorak maritim.
  • Raja Dharmasetu: Pada masa pemerintahan Raja Dharmasetu, Kerajaan Sriwijaya berkembang sampai ke Semenanjung Malaya. Bahkan, disana Kerajaan Sriwijaya membangun sebuah pangkalan di daerah Ligor. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga mampu menjalin hubungan dengan China dan India. Setiap kapal yang berlayar dari India dan China selalu singgah di Bandar-bandar Sriwijaya.
  • Raja Balaputradewa: Berita tentang raja Balaputradewa diketahui dari keterangan Prasasi Nalanda. Balaputradewa memerintah sekitar abad ke-9, pada masa pemerintahannya, kerajaan Sriwijaya berkembang pesat menjadi kerajaan yang besar dan menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara. Ia menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di India seperti Nalanda dan Cola. Balaputradewa adalah keturunan dari dinas Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.
  • Raja Sri Sudamaniwarmadewa: Pada masa pemerintahan Raja Sri Sudamaniwarmadewa, Kerajaan Sriwijaya pernah mendapat serangan dai Raja Darmawangsa dari Jawa Timur. Namun, serangan tersebut berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya.
  • Raja Sanggrama Wijayattunggawarman: Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya mengalami serangan dari Kerajaan Chola. Di bawah pimpinan Raja Rajendra Chola, Kerajaan Chola melakukan serangan dan berhasil merebut Kerajaan Sriwijaya. Sanggrana Wijayattunggawarman akhirnya ditawan. Namun pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I Kerajaan Chola, Raja Sanggrama Wijayattunggawarman kemudian dibebaskan kembali.
SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA
§  Sejarah kerajaan Sriwijaya adalah sejarah salah satu kerajaan di Indonesia yang menguasai Selat Malaka pada zaman lampau. Catatan sejarah tentang kerajaan Sriwijaya ini pertama kali ditemukan olehProf. George Ceodes, penemuan ini menjadi awal penyelidikan lebih lanjut tentang kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan yang pernah besar dan jaya di Indonesia. Kerajaan ini disebut juga Negara nasional pertama karena pada masa jayanya, daerah kekuasaannya sangat luas yang meliputi Indonesia bagian barat, Siam bagian selatan, Semenanjung Malaya, sebagian Filipina, dan Brunei Darussalam di Pulau Kalimantan.

§  Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri pada abad ke-7 M dan menganut agama Buddha di Sumatera Selatan. Bukti-bukti tentang kerajaan Sriwijaya yang berkembang sampai sekitar abad ke-14 ini, berasal dari beberapa prasasti yang ditemukan di wilayah tersebut. Bahkan ada yang ditemukan di Bangka, Ligor (Malaysia), dan Nalanda (India Selatan). Walaupun letak secara pasti pusat kerajaan sulit dibuktikan, tetapi kebesaran dan pengaruh kerajaan Sriwijaya sangat nyata. Hal ini dibuktikan dari berita-berita orang Arab, India, dan Cina yang kala itu menjalin hubungan dengan kerajaan Sriwijaya.

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Maritim yang begitu hebat ini pada akhirnya mengalami keruntuhan di abad ke-13. Keruntuhan Sriwijaya mengalami puncaknya saat harus jatuh ke tangan Kerajaan Majapahit. Ada beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya yang dapat kita lihat sebagai berikut:
o    Penyerangan yang dilakukan oleh Raja Chola dari India menyebabkan kekacauan perdagangan Kerajaan Sriwijaya. Armada perang milik Sriwijaya berhasil dikalahkan oleh Raja Chola dan dia pun mengambil alih perdagangan di Asia Tenggara yang telah dibangun lama oleh Sriwijaya.
o    Karena berbagai penyerangan tersebut, Kerajaan Sriwijaya mulai mundur dan lemah. Banyak sekali daerah-daerah yang dahulu berhasil ditaklukkan menggunakan kesempatan ini untuk lepas dari kekuasaan Sriwijaya.
o    Munculnya kekuatan baru yang berhasil merebut daerah-daerah taklukkan Kerajaan Sriwijaya yaitu Pagaruyung serta Dharmasraya. Mereka berhasil mengambil wilayah pulau Jawa bagian barat, semenanjung Malaya, dan juga pulau Sumatera.
o    Ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin melemah. Hal ini disebabkan oleh para pedagang yang menarik diri dari kawasan perdagangan Sriwijaya sebab wilayah-wilayah strategis perdagangan telah berkurang karena sudah direbut oleh penguasa lain.
o    Kerajaan-kerajaan baru dan kuat mulai muncul seperti Kerajaan yang dipimpin oleh Dharmasraya. Bahkan Kerajaan Sriwijaya berhasil direbut dan dikuasai sepenuhnya oleh Dharmasraya. Selain itu, juga ada Kerajaan Singhasari yang melakukan perjalanan atau ekspedisi Pamalayu.
Itulah sejarah Kerajaan Sriwijaya mulai dari awal berdirinya kerajaan tersebut, perkembangan dan masa kejayaan, hingga runtuhnya kerajaan maritim terbesar Sriwijaya.
Perkembangan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaan yang begitu pesat dari abad ke-8 hingga abad ke-10 berkat usaha mereka dalam menaklukkan berbagai daerah di Asia Tenggara. Sriwijaya berhasil memperluas daerah perbatasan mereka dan menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat Maritim dan perdangan di Asia.
Hal yang paling mencolok adalah dominasi mereka di kawasan Selat Sunda dan Selat Malaka. Ke dua selat ini menjadi pusat perdangan rempah-rempah yang mengenakan bea cukai. Selain itu ada juga berbagai macam perdangan lokal yang dilakukan oleh orang-orang di seluruh dunia. Kapal-kapal yang datang dari berbagai penjuru seperti India dan Tiongkok menjadikan Sriwijaya semakin bertambah makmur. Lebih lanjut, Sriwijaya rupanya juga menjalin hubungan dagang dengan tanah Arab dan di abad ke-10 Sriwijaya semakin banyak mendapatkan keuntungan dari pertalian dagang antara lain dengan Negeri Cina. Dari situ Sriwijaya juga mulai mengenal yang namanya buah Semangka.
Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah menggambarkan masa kejayaan sejarah Kerajaan Sriwijaya dalam bentuk relief. Di dalam relief tersebut terdapat ukiran kapal layar dengan cadik ganda. Kapal tersebut merupakan kapal yang dipakai oleh Kerajaan Sriwijaya untuk mengarungi samudera dan nusantara. Kapal tersebut merupakan jenis kapal yang dinaiki oleh bangsa Austronesia pada abad ke-8.

Prasasti-Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Prasasti-Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya – Sebagai Kerajaan Maritim yang besar, wilayah kekuasaan Sriwijaya juga amat sangat besar, hal ini dibuktikan dengan peninggalan prasastinya yang dapat ditemukan diberbagai tempat, seperti yang berikut ini.
1. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor merupakan prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand). Prasasti ini merupakan pahatan ditulis pada dua sisi, bagian pertama disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa sedangkan di bagian lainnya disebut dengan prasasti Ligor B.
Isi:
Dari manuskrip Ligor A ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari segala raja yang ada di dunia, yang mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara.[2] Sedangkan dari manuskrip Ligor B berangka tahun 775, berisikan berita tentang nama Visnu yang bergelar Sri Maharaja, dari keluarga Śailendravamśa serta dijuluki dengan Śesavvārimadavimathana (pembunuh musuh-musuh yang sombong tidak bersisa).
2. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah, prasasti pada batu, ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai) Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuna sebanyak 13 baris. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya diperkirakan prasasti itu berasal dari akhir abad ke-7 Masehi.
Isi: 
Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.
3. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden merupakan manuskrip yang ditulis pada lempengan tembaga berangka tahun 1005 yang terdiri dari bahasa Sanskerta dan bahasa Tamil. Prasasti ini dinamakan sesuai dengan tempat berada sekarang yaitu pada KITLV Leiden, Belanda.
Isi:
Prasasti ini memperlihatkan hubungan antara dinasti Sailendra dari Sriwijaya dengan dinasti Chola dari Tamil, selatan India.
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti ini ditemukan di pesisir barat Pulau Bangka. Prasasti ini dinamakan menurut tempat penemuannya yaitu sebuah dusun kecil yang bernama “Kotakapur”. Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuna, serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini ditemukan oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892.
Isi:
Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima buah batu prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hiyaŋ, seorang penguasa dari Kadātuan Śrīwijaya.
5. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang,Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia
Isi:
Menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengada- kan perjalanan suci (sidhayarta) dengan perahu dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan beberapa daerah.
6. Prasasti Hujung Langit
Prasasti Hujung Langit, yang dikenal juga dengan nama Prasasti Bawang, adalah sebuah prasasti batu yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung, Indonesia. Aksara yang digunakan di prasasti ini adalah Pallawa dengan bahasa Melayu Kuna. Tulisan pada prasasti ini sudah sangat aus, namun masih teridentifikasi angka tahunnya 919 Saka atau 997 Masehi.
Isi:
Isi prasasti diperkirakan merupakan pemberian tanah sima.
7. Prasasti Talang Tuwo
Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang,
Isi:
Isi prasasti Talang Tuo adalah berupa doa-doa dedikasi, dimana hingga kini, doa-doa demikian masih dijalankan dan diyakini. Prasasti ini memperkuat bahwa terdapat pengaruh yang kuat dari cara pandang Mahayana pada masa tersebut, dengan ditemukannya kata-kata seperti bodhicitta, mahasattva, vajrasarira, danannuttarabhisamyaksamvodhi, dimana istilah-istilah bahasa Sanskerta tersebut memang digunakan secara umum dalam ajaran Mahayana.
8. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar prasasti. Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.
Isi:
Isinya tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah dātu. Casparis berpendapat bahwa orang-orang yang disebut pada prasasti ini merupakan orang-orang yang berkategori berbahaya dan berpotensi untuk melawan kepada kedatuan Sriwijaya sehingga perlu disumpah.
9. Prasasti Karang Birahi
Prasasti Karang Brahi adalah sebuah prasasti dari zaman kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin. Prasasti ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi.
Isi:
Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.





Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya Reviewed by Selalu Ada on November 01, 2016 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.